Radio Semut

Rabu, 06 April 2011

Serigala dan Sebongkah Batu

Malam gelap di dataran lapang hanya diterangi sinar purnama yang tampak pucat, terlihat seekor serigala bersorot mata tajam berjalan menghampiri sebongkah batu besar dengan nafas tersengal. Terdengar dengus nafas yang berat dari lubang hidung dekat moncongnya dan terlihat dalam remangnya sinar bulan bekas-bekas luka yang lama juga luka yang masih terlihat basah oleh tetesan darah dari bagian tubuhnya yang terkoyak.

Serigala: (meringis menahan sakit)

Batu : "Apa yang kau rasakan?" (sambil memperhatikan bekas luka di tubuh serigala)

Serigala : "Entahlah…" (masih meringis menahan sakit sambil melihat-lihat bekas lukanya)

Batu : (masih memperhatikan dan mencoba menghitung luka di tubuh serigala) "Begitu banyak bekas luka yang ada di tubuhmu apakah kau tidak lelah dengan semua yang kau lakukan selama ini?"

Serigala : (menatap batu lalu berkata pada dirinya sendiri) "Pertarungan itu selalu ada dalam masa hidupku dan terkadang terlintas dalam pikiranku untuk menghindari pertarungan itu tapi aku kembali bertanya pada diriku sendiri 'apakah aku bisa hidup tanpa pertarungan itu?' "

Batu : "Kau berpikir??" (heran mendengar ucapan serigala)

Serigala : (terdiam lalu duduk sambil menyenderkan tubuhnya disamping batu)

Batu : (kembali bertanya kepada serigala) "Apakah kau berpikir bahwa suatu saat kau akan mati kerena pertarunganmu itu? Apakah kau juga berpikir bahwa akan ada kesedihan dalam hidup mereka yang kau tinggalkan?"

Serigala : (masih bersender pada batu dan menjawab) "Aku juga pasti bersedih jika ditinggalkan…tapi bukankah dalam hidup ini selalu ada saat untuk meninggalkan dan ditinggalkan??"

Batu : "Tapi sebelum berpikir untuk dua hal itu apa yang kau pikirkan?" (tanya batu lagi dengan heran)

Serigala : (berdiri menghadap kearah batu sambil menatap tajam dan tersenyum lalu berkata) "Kecuali untuk menjadi pemenang atau bahkan menjadi pecundang aku berpikir untuk tetap terus bertarung saja dan aku akan membawa pulang cerita pertarungan itu kembali kepada yang akan kutinggalkan serta berharap bahwa mereka akan menjadi petarung ulung tanpa berpikir untuk menjadi pemenang atau bahkan menjadi pecundang."

Batu : (terdiam mendengar jawaban serigala)

Serigala : (bertanya kepada batu) "Apakah kau akan berpikir untuk menjadi petarung dan ingin merasakan kebanggaan menjadi petarung?"

Serigala : (menatap lembut kearah batu yang terdiam lalu bertanya lagi) "Apakah kau hanya ingin merasa bergulir bersama waktu dan kekuatan alam yang akan mengiringi dan mengisi hari-harimu?"

Batu : (diam membisu…membatu)

Serigala : (menatap bulan purnama dan melolong dengan lantang)

Batu : (memperhatikan serigala yang berdiri melolong dengan luka-luka bekas pertarungan di tubuhnya)

Bulan masih menyinari dataran lapang di malam yang gelap lolongan serigala semakin lama semakin keras di tingkahi suara gesekan batang ilalang yang di bawa oleh angin.(rest)

1 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Facebook Favorites More